Baraya Cianjur

Cianjur district, is a district in West Java province, Indonesia. The capital is located in the district of Cianjur.

Mosque Agung Cianjur

Cianjur magnificent Grand Mosque is located in the center of Cianjur which was first built in 1810 AD by residents Cianjur unrecorded names. Built on waqf land Ny. Raden Bodedar bint Kangjeng Sabiruddin Dalem, Regent Cianjur to – 4.

Situs Gunung Padang

Situs Gunung Padang Mountain site is located in Kampung Padang Padang and Kampung Gunung Panggulan , Village Karyamukti Campaka District , Cianjur.

Tomb Dalem Cikundul

tomb where dimakamkannya Regent Cianjur First, R. Wira Tanu Aria Aria Wangsa Bin Goparana (1677 - 1691) who became known by the name of Dalem Cikundull.

STASIUN CIANJUR

is a railway station located on Jl. Julius Usman, darling, Cianjur, Cianjur Cianjur central.

Jalur KA Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari (Bagian-1)

     Dari 216,977 km jalur kereta api di Jawa Barat yang sudah tidak aktif lagi, terdapat diantaranya adalah jalur kereta api yang menghubungkan Rancaekek (kab. Bandung), Jatinangor dan Tanjungsari (kab. Sumedang) sepanjang 11,4 km (Pikiran Rakyat dalam http://bataviase.co.id) –sumber lain menyebutkan 11,2 km-. Dalam kesempatan ini, saya baru dapat melakukan tracking jalur tersebut dari Rancaekek sampai Jatinangor sepanjang kurang lebih 4 km.
Percabangan jalur KA Rancaekek-Cicalengka dan
Rancaekek-Jatinangor
 Dalam http://id.wikipedia.org di katakan, jalur ini dibuat oleh perusahaan kereta api Belanda (Staat Spoorwagon Verenidge Spoorwegbedrijf / SS) pada tahun 1918 sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet di Jatinangor –dan perkebunan lainnya seperti perkebunan kopi di Tanjungsari (red.)-, tetapi pada foto-foto yang saya temukan di situs Collectie Troopenmuseum – Belanda yang menggambarkan pembuatan jalur KA tersebut, terdapat tulisan tangan tahun pemotretannya, yaitu 1916. Masih menurut Wikipedia, jalur ini sudah tidak aktif sejak jaman pendudukan Jepang, dan relnya dipindahkan ke Bayah (Lebak) untuk membuat jalur pengangkutan batu bara, tapi www.pikiran-rakyat.com dan banyak sumber lain menyebutkan bahwa jalur ini tidak aktif sejak tahun 1978, entahlah mana yang benar.
Ujung gang Bbk. Nanjung menuju
bekas titik percabangan rel kereta api
     Seperti dikatakan pada tulisan sebelumnya, penelusuran dimulai di stasiun Rancaekek (+668 m dpl) untuk mencari bekas titik percabangan antara jalur KA yang masih aktif (jalur Rancaekek-Cicalengka) dan jalur mati KA Rancaekek-Jatinangor. Bekas percabangan ini berada + 100 m sebelah timur stasiun Rancaekek dan sekarang hanya berupa pematang sawah, tapi bekas-bekas jalur KA masih terlihat jelas jika dilihat dari Google-Map. Untuk mencapai kesini hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki.
Gang Babakan Nanjung
(dilihat dari Jl. Rancaekek-Majalaya)
Jl. Bojongpulus
(dilihat dari Jl. Raya Bandung-Garut)










Courtesy: Collectie Troopenmuseum
Terlihat dari lingkungan sekitarnya, mungkin saja ini jembatan saat melintasi
sungai Cikeruh yang memotong jalur rel di sekitar Bojongpulus
      Percabangan ini berbelok ke utara –sekarang telah menjadi gang Babakan Nanjung- lalu memotong jalan raya Rancaekek-Majalaya, kemudian masuk ke jalan kecil yang sekarang disebut jl. Bojongpulus. Kemudian jalur KA memotong jalan raya Bandung-Garut di sekitar wilayah Bojongloa, lalu di sebelah gudang ABC (maaf, warga disekitar menyebutnya begitu karena kebetulan di sekitar situ ada gudang salah satu produsen syrup dan kecap terkenal), lalu masuk ke jl. Cipeundeuy.
Jl. Cipeundeuy
(dilihat dari Jl. raya Bandung-Garut)
Suasana di sekitar ujung jl. Cipeundeuy
hampir tidak terlihat jejak-jejak rel KA











     Dari gang Babakan Nanjung hingga jl. Bojongpulus, sisa-sisa jalur rel masih dapat terlihat berupa gang yang tepat lurus. Akan tetapi setelah memasuki jl. Cipeundeuy sisa-sisa jalur KA mulai tidak terlihat, bahkan di ujung jl. Cipeundeuy hingga Jatinangor sisa-sisa jalur KA hampir tidak terlihat karena sudah dijadikan perkampungan, sawah, ladang bahkan hanya berupa semak belukar.
Viaduct Jatinangor dekat kampus Ikopin
Courtesy: Collectie Troopenmuseum
Bekas jembatan Belanda masih bisa terlihat
dengan jelas jika kita melihat ke bawah jembatan
Courtesy: Collectie Troopenmuseum
Jalan raya Bandung-Sumedang yang merupakan
bagian dari Groete Postweg (jalan raya pos)
melintas di atas rel Rancaekek-Jatinangor








   




     Kemudian sekitar 50 m sebelah timur kampus Ikopin sekarang, terdapat sebuah viaduct (jembatan jalan raya dan jalan kereta api) yang merupakan perpotongan jalur KA Rancaekek-Jatinangor dengan jalan raya Bandung-Sumedang. Dalam hal ini, mohon maaf saya kurang sependapat dengan kang Asep_0907 (pada http://semboyan35.com/showthread.php?tid=1017) yang menyebutkan bahwa dulunya jembatan ini tidak ada melainkan hanya berupa perlintasan kereta api biasa. Dari hasil pengamatan langsung di lapangan, terlihat bekas-bekas jembatan buatan Belanda dengan ciri khasnya yang berbentuk lengkung, dan terdapat penambahan betonan buatan bangsa Indonesia saat ini. Hal ini seolah dibuktikan juga dengan foto dari Collectie Troopenmuseum yang memperlihatkan pembuatan viaduct tersebut, dengan perpotongannya yang tidak tegak lurus, melainkan serong hampir 45 derajat terhadap jalan raya.
     Salah satu hal yang membuat saya takjub adalah visi orang Belanda dalam membuat bangunan. Pada saat itu mungkin yang kebanyakan melintas hanyalah bendi (kereta kuda) atau andong dan beberapa kendaraan kecil dengan beban yang tidak seberapa, tapi mereka -yang kita sebut penjajah itu- begitu visioner dan bersungguh-sungguh dalam membangun, sehingga viaduct ini masih berdiri kokoh sampai hari ini. Sekarang, viaduct ini setiap harinya dilewati berpuluh-puluh ton truk pengangkut pasir dari Sumedang dan batu bara dari pelabuhan Cirebon, sayangnya, kondisi di bawah viaduct ini telah dipenuhi oleh sampah dan semak belukar.
Courtesy: Collectie Troopenmuseum
"Spoorwegstation in Djatinangor"
      Dibawah viaduct tersebut, rel kereta api belok kanan ke arah timur –sejajar dengan jalan raya– menuju ke stasiun Djatinangor yang konon lokasinya adalah Mapolsek Cikeruh atau Mapolsek Jatinangor sekarang, karena dari situ ada jalan menuju ke kantor perkebunan karet Jatinangor milik seorang Jerman bernama Baron Baud (kampus Unwim / ITB-Jatinangor sekarang) yang sekarang dikenal dengan jalan Kiarapayung. Sekaligus self-correction terhadap tulisan saya terdahulu, di dalam situs Collectie Troopenmuseum tidak ditemukan kosakata “stasiun Tjikeroeh (Cikeruh)” melainkan spoorwegstation in Djatinangor, dengan demikian dalam tulisan ini dan tulisan berikutnya saya akan menggunakan istilah "stasiun Jatinangor". Penelusuran jalur KA Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari bagian Jatinangor-Tanjungsari akan dibahas pada postingan berikutnya.
Gorong-gorong solokan Ciseke yang mengalirkan
limpahan air dari cek-dam Unpad ke solokan
Ciseke sekarang
Courtesy: Collectie Troopenmuseum
Mungkin foto ini menunjukan saat
pembuatan gorong-gorong Ciseke








 



     Peta asumsi jalur mati KA Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari via Google-Map dapat dilihat pada postingan sebelumnya (http://willylandscape.blogspot.com/2011/08/penelusuran-jalur-ka-mati-trayek.html). Everybody, all aboard...! (WL)


PS:
to kang Asep_0907, you’re still the inspiration…


    Ngopi dulu yuk...!

    Lagi males nulis nih, tapi gak bisa tidur. Hmmm... enakan kita ngopi aja kali ya. Tapi ngopi apa ya? Gimana kalo kita tanya mbah Wikie aja.

    Menurut wejangan dari mbah Wikie, minuman kopi yang bisa kita nikmati itu bermacam-macam jenisnya, cekidott ajah daftar "menu" dibawah ini:
    • Kopi hitam, merupakan hasil ektraksi langsung dari perebusan biji kopi yang disajikan tanpa penambahan perisa apapun.
    • Espresso, merupakan kopi yang dibuat dengan mengekstraksi biji kopi menggunakan uap panas pada tekanan tinggi.
    • Latte (coffee latte), merupakan sejenis kopi espresso yang ditambahkan susu dengan rasio antara susu dan kopi 3:1.
    • Café au lait, serupa dengan caffe latte tetapi menggunakan campuran kopi hitam.
    • Caffè macchiato, merupakan kopi espresso yang ditambahkan susu dengan rasio antara kopi dan susu 4:1.
    • Cappuccino, merupakan kopi dengan penambahan susu, krim, dan serpihan cokelat.
    • Dry cappuccino, merupakan cappuccino dengan sedikit krim dan tanpa susu.
    • Frappé, merupakan espresso yang disajikan dingin.
    • Kopi instan, berasal dari biji kopi yang dikeringkan dan digranulasi.
    • Kopi Irlandia (irish coffee), merupakan kopi yang dicampur dengan wiski.
    • Kopi tubruk, kopi asli Indonesia yang dibuat dengan memasak biji kopi bersama dengan gula.
    • Melya, sejenis kopi dengan penambahan bubuk cokelat dan madu.
    • Kopi moka, serupa dengan cappuccino dan latte, tetapi dengan penambahan sirup cokelat.
    • Oleng, kopi khas Thailand yang dimasak dengan jagung, kacang kedelai, dan wijen.
    So, take a shot and let us brew...