Baraya Cianjur

Cianjur district, is a district in West Java province, Indonesia. The capital is located in the district of Cianjur.

Mosque Agung Cianjur

Cianjur magnificent Grand Mosque is located in the center of Cianjur which was first built in 1810 AD by residents Cianjur unrecorded names. Built on waqf land Ny. Raden Bodedar bint Kangjeng Sabiruddin Dalem, Regent Cianjur to – 4.

Situs Gunung Padang

Situs Gunung Padang Mountain site is located in Kampung Padang Padang and Kampung Gunung Panggulan , Village Karyamukti Campaka District , Cianjur.

Tomb Dalem Cikundul

tomb where dimakamkannya Regent Cianjur First, R. Wira Tanu Aria Aria Wangsa Bin Goparana (1677 - 1691) who became known by the name of Dalem Cikundull.

STASIUN CIANJUR

is a railway station located on Jl. Julius Usman, darling, Cianjur, Cianjur Cianjur central.

Korannya, koran...

Pagi menjelang siang di jalan Ar-Rayyan, dekat Sports-roundabout waktu saya bergegas kembali ke mobil yang diparkir di seberang Hamad Hospital, tepat di median jalan di bawah pohon-pohon kurma yang berjejer kulihat seorang membawa setumpuk koran. Wajahnya lusuh dan matanya tajam menyorot ke segala arah seperti mengkhawatirkan sesuatu. Seketika saya berfikir mungkin dia adalah seorang penjual koran yang "kesiangan", dan pemandangan langka di negeri ini baiknya tidak saya lewatkan untuk diabadikan.

Terpotret sudah di kepalaku seseorang yang tengah mengangkat koran dagangannya dengan background tugu Sports-roundabout. Kubidik dan kukunci dia, sedetik, dua detik, sampai sepuluh menit saya tunggu, tapi dia tak juga menjajakan satu eksemplarpun korannya seperti yang biasa kulihat setiap pagi di jalan-jalan lateral seperti di seputaran Markhiyya atau Duheil. Sampai akhirnya sebuah mobil polisi kriminal melintas dan terjebak di tengah "kemacetan" menjelang lampu merah itu. Seorang polisi menurunkan kaca jendela dan memanggil si penjual koran kemudian berbincang sejenak. Saya yang berdiri agak jauh tak mendengar jelas percakapan antara si polisi dan penjual koran. Mobil-mobil merayap perlahan, saya melambaikan tangan pada polisi itu, dia pun membalasnya. Lampu kembali hijau, mobil polisi berlalu, sang penjual koran pun bergegas menyeberang jalan menuju parkiran Hamad Hospital.

Tinggallah saya sendirian di tengah median jalan dan kehilangan momen yang ditunggu. Rasa penasaran itu rupanya tak bisa kubendung, lalu saya coba hampiri dia untuk membujuknya mengangkat koran barang sedetik dengan iming-iming sedikit imbalan. Rupanya sang Nepali penjaja koran itu ketakutan karena baru saja ditegur oleh polisi yang melintas tadi. Diapun mengira saya seorang jurnalis walaupun telah berulangkali dijelaskan bahwa saya bukan jurnalis. Saya sekedar mengabadikan momen untuk kenang-kenangan sebagai teman cerita pada handai taulan saat pulang kampung nanti. "Please, one second only" bujukku padanya. "problem sir...! problem sir...!" katanya sambil mengembalikan sedikit uang yang saya masukkan ke sakunya.

Yah sudahlah, apa mau dikata, belum rezekiku hari ini untuk dapat momen yang diinginkan. "OK bhai, musykil nahi-hai" kataku sambil mengembalikan uang itu ke sakunya, lalu dia memberikan satu eksemplar koran sebagai kompensasi, "that's Arabic, how can I read it" kataku, senyumnya menjawab semuanya. Kami pun berlalu berlawanan arah. Selalu ada sisi lain yang kontras dari kehidupan ini, tak terkecuali di negeri yang sedang tumbuh secara instan ini. (WL)