Tinggallah saya sendirian di tengah median jalan dan kehilangan momen yang ditunggu. Rasa penasaran itu rupanya tak bisa kubendung, lalu saya coba hampiri dia untuk membujuknya mengangkat koran barang sedetik dengan iming-iming sedikit imbalan. Rupanya sang Nepali penjaja koran itu ketakutan karena baru saja ditegur oleh polisi yang melintas tadi. Diapun mengira saya seorang jurnalis walaupun telah berulangkali dijelaskan bahwa saya bukan jurnalis. Saya sekedar mengabadikan momen untuk kenang-kenangan sebagai teman cerita pada handai taulan saat pulang kampung nanti. "Please, one second only" bujukku padanya. "problem sir...! problem sir...!" katanya sambil mengembalikan sedikit uang yang saya masukkan ke sakunya.
Yah sudahlah, apa mau dikata, belum rezekiku hari ini untuk dapat momen yang diinginkan. "OK bhai, musykil nahi-hai" kataku sambil mengembalikan uang itu ke sakunya, lalu dia memberikan satu eksemplar koran sebagai kompensasi, "that's Arabic, how can I read it" kataku, senyumnya menjawab semuanya. Kami pun berlalu berlawanan arah. Selalu ada sisi lain yang kontras dari kehidupan ini, tak terkecuali di negeri yang sedang tumbuh secara instan ini. (WL)